Kamis, 07 Januari 2016

ISLAM DAN PSIKOLOGI


ISLAM DAN PSIKOLOGI
“Mengatasi emosi negativ (marah) dengan terapi dzikir dan sabar dalam psikologi islam”
Dosen Pengampu: Prof.Dr.Abdul Mujib, M.Ag. M,Si.




Disusun oleh:
Sri Suryani Kusumawati
11140700000086
5A


FAKULTAS PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016



KATA PENGANTAR


Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan nikmat, kekuatan, dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah  ini berjudul: “Mengatasi emosi negativ (marah) dengan terapi dzikir dan sabar dalam psikologi islam”
Dalam kesempatan ini penulis pun ingin berterimakasih kepada seluruh pihak yang mendukung penyelesaian penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan dan mungkin masih terdapat banyak kekurangan atau kelemahan yang bersumber dari keterbatasan penulis, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya saran atau pendapat yang dapat menyempurnakan laporan ini.


     Tangerang, Januari 2016



               Penulis








DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang................................................................................................... 1
1.2    Tujuan.................................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Emosi.................................................................................................. 2
2.2 Teori Emosi........................................................................................................... 3
2.3 Jenis Emosi........................................................................................................... 5
2.4 Emosi dalam Perspektif Ilmuan Islam................................................................. 6
2.5 Marah.................................................................................................................... 7
2.6 Sabar...................................................................................................................... 8
2.7 Dzikir...................................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12 




BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Emosi mengambil peran penting dalam menentukan sikap individu yang lansung berhubungan dengan suasana hati yang muncul akibat perbedaan emosi dan dipengaruhi fakor internal dan eksternal. Sehingga timbul berbagai macam emosi seperti, gembira, marah, sedih, iri hati, dan sebagainya. Dalam makalah ini spesifik membahas mengenai emosi berupa amarah. Tirai kemarahan membutakan pikiran dan dapat mengubah manusia menjadi hewan yang tidak menyadari realitas
Sabar dan dzikir merupakan hal yang biasa ditemukan di kehidupan sehari-hari terutama bagi penganut agama islam akrab dengan istilah tersebut. Sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah sedangkan dzikir adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungannya dengan meyebut nama Allah, berdoa, dan pujian lainnya.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyatukan atau mengkaitkan tentang bagaimana mengatasi emosi negativ (marah) dengan cara-cara yang diajarkan dalam agama islam, diantaranya sabar dan dzikir.

1.2   Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana mengatasi marah yang merupakan emosi negatif dengan menggunakan terapi sabar dan dzikir dari perspektif psikologi islam.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Emosi
Pengertian Emosi Ada dua macam pendapat mengenai terjadinya emosi. Pendapat nativistik mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar. Rene Descrates (1596-1650), salah seorang nativisme, mengatakan bahwa sejak lahir manusia memiliki enam emosi dasar, yaitu: cinta, kegembiraan, keinginan, benci, sedih, dan kagum. Sedangkan para tokoh empirisme seperti William James (1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark) menyusun teori tentang emosi James-Lange yang menyatakan bahwa emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap rangsangan yang datang dari luar.
Perubahan-perubahan pada tubuh pada saat emosi terjadi. Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita antara lain:
1.        Reaksi elastis pada kulit : meningkat bila terpesona.
2.        Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.
3.        Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut.
4.        Pernafasan : bernafas panjang saat kecewa.
5.        Pupil mata : membesar bila sakit atau marah
6.        Liur : mengering saat takut atau tegang.
7.        Bulu roma : berdiri saat takut.
8.        Pencernaan : buang air saat tegang.
9.        Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar
10.    Komposisi darah : komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena kelenjar-kelenjar lebih aktif.

2.2 Teori  Emosi
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi, pendapat yang nativistik mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan pendapat yang empiristik menngatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses belajar. Salah satu penganut faham nativistik adalah Rene Descrates (1596-1650). Ia mengatakan bahwa sejak lahir manusia telah mempunyai enam emosi dasar, yaitu”
1.      Cinta
2.      Kegembiraan
3.      Keinginan
4.      Benci
5.      Sedih, dan
6.      Kagum.
Di pihak kaum empiristik dapat juga kita catat nama-nama William James _1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark). Menurut pendapat atau teori ini emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Gejala-gejala kejasmanian bukanlah merupakan akibat dari emosi yang dialami individu, tetapi malahan emosi yang dialami individu merupakan gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini orang tidak menangis karena susah, tapi sebaliknya, ia susah karena menangis.
Kemudian teori emosi yang lain dikemukakan oleh Cannon, dengan teorinya yang dikenal dengan teori sentral. Menurut teori atau pendapat ini, segala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, jadi individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan perubahan kejasmaniannya.
Teori emosi yang lain adlah teori kepribadian. Menurut pendapat tau teori ini ialah bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah. Karena itu maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian teori ini dikemukakan oleh J. Linchoten.
Tokoh empiris lain yang mengemukakan teori emosi adalah Wilhem Wundt (1832-1920), tetapi berbeda dengan W. James yang menyelidiki mengapa timbul emosi, Wund menguraikan jenis-jenis emosi. Menurut Wund ada tiga pasang kutub emosi, yaitu :
1.      Lust – Unlust (senang – tak senang)
2.      Spannung – Losung (tegang – tak tegang)
3.      Eerregung – Bberubigung (semangat – tenang)
Jadi saat seseorang melihat harimau maka emosinya adalah unlust, spannung dan eerregung (tak senang, tegang, semangat). Dan jika seseorang mahasiswa lulus ujian, maka emosinya adalah lust, losung dan berubugung (senang, tak tegang dan tenang), dan seterusnya.


2.3 Jenis Emosi
1.      Takut
Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi sesuatu dan sebisa mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Bentuk ekstrem dari rasa takut adalah takut yang parhologis, yang disebut fobia-fobia adalah perasaan takut terhadap hal-hal tertentu yang demikian kuatnya, meskipun tidak ada alasan yang nyata, misalnya takut terhadap tempat yang sempit dan tertutup (claustio phobia), takut terhadap ketingggian atau takut berada di tempat-tempat yang tinggi (acrophobia), takut terhadap kerumunan orang atau tempat-tempat yang ramai (achiophobia). Rasa taku lain yang merupakan kelainan kejiwaan adlah kecemasan (anxiety) yaitu rasa takut yang tidak jelas sasarannya dan juga tidak jelas alasannya. Kecemasan yang terus menerus biasanya terdapat pada penderita-penderita psikoneurosis.
2.      Khawatir
Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai objek yang jelas atau tidak ada objjeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Kekhawatiran seseorang untuk melanggar norma masyarakat adalah suatu bentuk kekhawatiran yang umum pada tiap-tiap orang, kekhawatiran ini justru positif karena seseolah jadi selalu bersikap hati-hati dan berusaha menyesuaikan diri dengan norma masyarakat.
3.      Cemburu
Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang yang mempunyai  perasaan cemburu, selalu mempunyai sikap benci terhadap pesaingnya.
4.      Gembira
Gembira adalah ekspresi dari kalangan, yaitu perasaan terbebas dari ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat sosial, yaitu melibatkan orang lain disekitar orang yang gembira tersebut.
5.      Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu aktivitas untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian ketegagan yang terjadi dalam aktivitas tersebut tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah, karena tujuannya tidak tercapai.

2.4 Emosi dalam Perespektif Ilmuan Islam
Banyak tokoh ilmuan islam yang memperbincangkan masalah emosi. Umumnya mereka membahas dalam bentuk derivatifnya. Al Ghazali adalah salah satu tokoh yang sering membincangkan masalah ini. Seperti teorinya  tentang nafs muthmainnah, lawwamah, dan nafs ammarah. Emosi yakni suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan perasaan (feeling) yanh kuat atau disertai dengan keadaan efektif. Perasaan merupakan pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah. Emosi kadang-kadang dibangkitkan oleh motivasi, sehingga antara emosi dan motivasi terjadi hubungan interaktif. Daya emosi kalbu ada yang positif dan ada pula yang negative. Emosi negative misalnya cinta, senang, riang, percaya, tulus, dan sebagainya. Sedangkan emosi negative seperti benci, sedih, ingkar, marah dan sebagainya.
Daya-daya emosi kalbu dapat teraktualisasi melalui rasa intelektual, rasa inderawi, rasa etika, rasa estetika, rasa sosial, rasa ekonomi, rasa religious, dan rasa yang lain. Panca indra (al khiss al khamis) mampu encapai hal-hal indrawi, tetapi belum merasakan keindahan-keburukan kecintaan-kemuakan.

2.5 Marah
Suatu keadaan psikologis yang menyimpangkan watak seseorang dari jala yang alami adalah marah. Ketika mengontrol dan mengepung manusia, marah mengambil bentuk sombong dan menyingkirkan hambatan untuk mencegahnya memasuki wilayah kemauan, lalu ia merangsang yang bersangkutan untuk merugikan lawannya tanpa mempertimbangkan. Tirai kemarahan membutakan pikiran dan dapat mengubah manusia menjadi hewan yang tidak menyadari realitas. Ini memungkinkan dia melakukan kejahatan yang membawa akibat-akibat yang langgeng dalam kehidupannya. Apabila ia menyadari kesalahannya, biasanya itu setelah ia menghadapi akibat-akibat yang tidak diharapkan dan terjerumus ke dalam lubang kesengsaraan.
Perangai buruk ini hanya menimbulkam kesengsaraan, karena puncaknya tidak akan menurun sebelum tersalurkan dan mengubah perbuatan-perbuatan hina yang bersangkutan menjadi korban kemarahan, sehingga menyebabkan terlepasnyakendali penilaian akal dan hilangnya kesadaran. Ketika hasil penilaian akan muncul pada orang pemarah itu, gelombang-gelombang kesdihan dan penyesalan yang parah tampil di hatinya.
Hendaklah dimengerti bahwa marah sebetulnya diperlukan bila dalam proporsinya yang benar. Dalam proporsi itu marah merupakan suatu unsur kekuatan dan keberanian. Jenis kemarahan yang memungkinkan manusia melawan penindasan dan membela hak-haknya adalah suatu sifat yang manusiawi.
Membalas dendam, yang sering berhubungan dengan mengisi kehidupan dengan kesuraman. Apabila kita berniat membalas kejahatan dengan kejahatan dalam segala hal dan membalas dendam pada musuh dengan mengucapkan kata-kata menghina yang tak semestinya, kita akan menghabiskan bagian terbesar kehidupan kita dakam perbantahan dan pertentangan. Imam Ja’far Shadiq berkata: “Kemarahan adalah pemusnah hati orang bijak, orang yang tak dapat menguasai marahnya, tak akan dapat menguasai pikirannya”
Kajian ilmiah mengenai efek psikologis dari kecemasan mengungkapkan perubahan-perubahan pada seluruh anggota tubuh, jantung, nadi, perut, otak, kelenjar-kelenjar internal, semuanya berubah dari fungsinya yang normal krtika seseorang marah. Adrenalin memainkam peranan sebagai bahan bakar di saat marah ketimbanh hormone lainnya. Iamam Ali ra megatakan: “Hindarilah kemarahan, karena permulaannya memalukan dan akhirnya menyedihkan.”

2.6 Sabar
Secara harfiah, sabar berarti tabah hati. Menurut Zun al-Nun al-Mishry, sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sikap cukup walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi. Selanjutnya Ibn Atha mengatakan sabar artinya tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan sikap yang baik. Dan pendapat lain mengatakan sabar berarti menghilangkan rasa mendapatkan cobaan tanpa menunjukkan rasa kesal. Ibn Usman al-Hairi mengatakan sabar adalah orang yang mampu memasung dirinya atas segala sesuatu yang kurang menyenangkan.

Allah menyuruh orang islam agar menjadikan sabar dan solat untuk menolongnya. Sabar dapat menjadi obat terhadap gangguan kejiwaan, sabar juga dapat mencegah agar tidak terserang oleh gangguan kejiwaan dan sabar pula dapat meningkatkan kesehatan mental.
Fiman Allah pada Surat Al-Baqarah(2):153: “Hai orang-orang beriman, jadikanlah salat dan sabar sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar.”
Ajaran islam banyak memberikan petunjuk dan pedoman psikoterapi bagi yang memahami, mengamalkan dan memanfaatkannya untuk meraih kesehatan mental.
Sabar adalah sebuah upaya untuk memperbaiki kesehatan mental seseorang. Kesehatan mental menurut Islam tidak lain adalah ibadah dalam pengertian yang luas atau penumbuhkembangan sifat-sifat Allah yang ada pada manusia yang merupakan potensi-potensi dirinya karena telah dikaruniakan Allah kepadaanya dalam rangka mengabdi kepada-Nya yang diikuti dengan rasa amanah, tanggung jawab, ketaatan dan kesetiaan. Bahkan lebih jauh lagi dikatakan, bahwa kesehatan mental dalam islam adalah bentuk lain dari pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ketenangan dan kesempurnaan dalam hidup.

2.7 Dzikir
Secara umum dzikrullah adalah perbuatan mengingat Allah dan keagungannya dalam bentuk yang meliputi hampir semua ibadah, perbuatan baik, berdoa, membaca Al Quran, mematuhi orang tua, menolong teman yang dalam kesusahan dan menghindarkan diri dari kejahatan dan perbuatan dzalim.
QS: Al-Ahzab 41, Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, sebutlah nama Allah (bedzikirlah) dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.”
QS: Al-Ra’d 28 Allah berfirman:‘’Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.’’
Kebiasaan seorang muslim dalam mengingat Allah seperti membaca takbir, tahmid, tasbih, tahlil, dan istighfar dapat menjadi obat penawar bagi segala jenis penyakit mental, menenangkan dan menenteramkan pikiran yang kacau, sehingga menjadi sehat dan selaras antara diri dengan alam sekitarnya. Apabila seorang muslim membiasakan diri mengingat Allah, maka individu itu merasakan bahwa ia dekat dengan Allah dan berada dalam perlindungan dan penjagaan-Nya. Dengan demikian, akan timbul dalam dirinya perasaan percaya pada diri sendiri, teguh, tenang, tenteram dan bahagia. Dzikir kepada Allah bisa menjadi energi hati, motivasi hati



BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Marah merupakan salah satu bentuk emosi negative. Namun hendaklah dimengerti bahwa marah sebetulnya diperlukan bila dalam proporsinya yang benar. Dalam proporsi itu marah merupakan suatu unsur kekuatan dan keberanian. Jenis kemarahan yang memungkinkan manusia melawan penindasan dan membela hak-haknya adalah suatu sifat yang manusiawi. Namun kemarahan yang terlalu besar meluap akan menyebabkan kesengsaraan, penyesalan dan kebencian. Kemarahan ini harus diatasi agar tidak menjadi sumber masalah atau mengganggu kejiwaan seseorang.
 Sabar dan dzikir dalam psikologi islam dapat menjadi cara untuk meredam kemarahan tersebut. Dengan bersabar yang diikuti dengan rasa amanah, tanggung jawab, ketaatan dan kesetiaan. Bahkan lebih jauh lagi dikatakan, bahwa kesehatan mental dalam islam adalah bentuk lain dari pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ketenangan dan kesempurnaan dalam hidup. Dan apabila seorang muslim membiasakan diri mengingat Allah, maka individu itu merasakan bahwa ia dekat dengan Allah dan berada dalam perlindungan dan penjagaan-Nya. Dengan demikian, akan timbul dalam dirinya perasaan percaya pada diri sendiri, teguh, tenang, tenteram dan bahagia. Dzikir kepada Allah bisa menjadi energi hati, motivasi hati.


DAFTAR PUSTAKA
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif. Diterjemahkan oleh : Brian Marwensdy, S.Psi. Jakarta. Salemba Humanika
Daradjat, Zakiah. (2002). Psikoterapi Islami. Jakarta: PT Bulan Bintang
Mujib, A. (2007). Kepribadian Dalam Psikologi Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nety, Hartati.dkk.2003.Islam dan Psikologi.Jakarta:UIN Jakarta Press