ISLAM
DAN PSIKOLOGI
“Mengatasi
emosi negativ (marah) dengan terapi dzikir dan sabar dalam psikologi islam”
Dosen Pengampu: Prof.Dr.Abdul Mujib,
M.Ag. M,Si.
Disusun oleh:
Sri Suryani Kusumawati
11140700000086
5A
FAKULTAS
PSIKOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan nikmat, kekuatan, dan
bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini berjudul: “Mengatasi emosi negativ (marah) dengan terapi dzikir dan sabar
dalam psikologi islam”
Dalam kesempatan ini
penulis pun ingin berterimakasih kepada seluruh pihak yang mendukung
penyelesaian penulisan makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kesempurnaan dan mungkin masih terdapat banyak kekurangan atau kelemahan
yang bersumber dari keterbatasan penulis, oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan adanya saran atau pendapat yang dapat
menyempurnakan laporan ini.
Tangerang, Januari 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................
i
DAFTAR ISI...............................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang...................................................................................................
1
1.2
Tujuan..................................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Emosi..................................................................................................
2
2.2 Teori Emosi...........................................................................................................
3
2.3 Jenis Emosi........................................................................................................... 5
2.4 Emosi dalam Perspektif Ilmuan Islam................................................................. 6
2.5 Marah....................................................................................................................
7
2.6 Sabar......................................................................................................................
8
2.7 Dzikir...................................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................12
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Emosi
mengambil peran penting dalam menentukan sikap individu yang lansung
berhubungan dengan suasana hati yang muncul akibat perbedaan emosi dan
dipengaruhi fakor internal dan eksternal. Sehingga timbul berbagai macam emosi
seperti, gembira, marah, sedih, iri hati, dan sebagainya. Dalam makalah ini
spesifik membahas mengenai emosi berupa amarah. Tirai
kemarahan membutakan pikiran dan dapat mengubah manusia menjadi hewan yang
tidak menyadari realitas
Sabar
dan dzikir merupakan hal yang biasa ditemukan di kehidupan sehari-hari terutama
bagi penganut agama islam akrab dengan istilah tersebut. Sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak
Allah
sedangkan dzikir adalah perbuatan
mengingat Allah dan keagungannya dengan meyebut nama Allah, berdoa, dan pujian
lainnya.
Makalah ini disusun dalam rangka untuk menyatukan atau mengkaitkan
tentang bagaimana mengatasi emosi negativ (marah) dengan cara-cara yang
diajarkan dalam agama islam, diantaranya sabar dan dzikir.
1.2
Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana
mengatasi marah yang merupakan emosi negatif dengan menggunakan terapi sabar
dan dzikir dari perspektif psikologi islam.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Emosi
Pengertian
Emosi Ada dua macam pendapat mengenai terjadinya emosi. Pendapat nativistik
mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir. Sedangkan
pendapat empiristik mengatakan bahwa emosi dibentuk oleh pengalaman dan proses
belajar. Rene Descrates (1596-1650), salah seorang nativisme, mengatakan bahwa
sejak lahir manusia memiliki enam emosi dasar, yaitu: cinta, kegembiraan,
keinginan, benci, sedih, dan kagum. Sedangkan para tokoh empirisme seperti
William James (1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark) menyusun
teori tentang emosi James-Lange yang menyatakan bahwa emosi adalah hasil
persepsi seseorang terhadap perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuh
sebagai respons terhadap rangsangan yang datang dari luar.
Perubahan-perubahan
pada tubuh pada saat emosi terjadi. Terutama pada emosi yang kuat, seringkali
terjadi juga perubahan-perubahan pada tubuh kita antara lain:
1.
Reaksi
elastis pada kulit : meningkat bila terpesona.
2.
Peredaran
darah : bertambah cepat bila marah.
3.
Denyut
jantung : bertambah cepat bila terkejut.
4.
Pernafasan
: bernafas panjang saat kecewa.
5.
Pupil
mata : membesar bila sakit atau marah
6.
Liur
: mengering saat takut atau tegang.
7.
Bulu
roma : berdiri saat takut.
8.
Pencernaan
: buang air saat tegang.
9.
Otot
: ketegangan dan ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar
10.
Komposisi
darah : komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosional karena
kelenjar-kelenjar lebih aktif.
2.2 Teori Emosi
Ada dua macam pendapat tentang terjadinya emosi, pendapat yang
nativistik mengatakan bahwa emosi pada dasarnya merupakan bawaan sejak lahir.
Sedangkan pendapat yang empiristik menngatakan bahwa emosi dibentuk oleh
pengalaman dan proses belajar. Salah satu penganut faham nativistik adalah Rene
Descrates (1596-1650). Ia mengatakan bahwa sejak lahir manusia telah mempunyai
enam emosi dasar, yaitu”
1.
Cinta
2.
Kegembiraan
3.
Keinginan
4.
Benci
5.
Sedih,
dan
6.
Kagum.
Di pihak kaum empiristik dapat juga kita catat nama-nama William
James _1842-1910, Amerika Serikat) dan Carl Lange (Denmark). Menurut pendapat
atau teori ini emosi adalah hasil persepsi seseorang terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respon terhadap
rangsangan-rangsangan yang datang dari luar. Gejala-gejala kejasmanian bukanlah
merupakan akibat dari emosi yang dialami individu, tetapi malahan emosi yang
dialami individu merupakan gejala-gejala kejasmanian. Menurut teori ini orang
tidak menangis karena susah, tapi sebaliknya, ia susah karena menangis.
Kemudian teori emosi yang lain dikemukakan oleh Cannon, dengan
teorinya yang dikenal dengan teori sentral. Menurut teori atau pendapat ini,
segala kejasmanian merupakan akibat dari emosi yang dialami oleh individu, jadi
individu mengalami emosi terlebih dahulu baru kemudian mengalami perubahan
perubahan kejasmaniannya.
Teori emosi yang lain adlah teori kepribadian. Menurut pendapat tau
teori ini ialah bahwa emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi
ini tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi
yang terpisah. Karena itu maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan
kejasmanian teori ini dikemukakan oleh J. Linchoten.
Tokoh empiris lain yang mengemukakan teori emosi adalah Wilhem
Wundt (1832-1920), tetapi berbeda dengan W. James yang menyelidiki mengapa
timbul emosi, Wund menguraikan jenis-jenis emosi. Menurut Wund ada tiga pasang
kutub emosi, yaitu :
1.
Lust
– Unlust (senang – tak senang)
2.
Spannung
– Losung (tegang – tak tegang)
3.
Eerregung
– Bberubigung (semangat – tenang)
Jadi saat seseorang melihat harimau maka emosinya adalah unlust,
spannung dan eerregung (tak senang, tegang, semangat). Dan jika seseorang
mahasiswa lulus ujian, maka emosinya adalah lust, losung dan berubugung
(senang, tak tegang dan tenang), dan seterusnya.
2.3 Jenis Emosi
1.
Takut
Takut adalah perasaan yang sangat mendorong individu untuk menjauhi
sesuatu dan sebisa mungkin menghindari kontak dengan hal itu. Bentuk ekstrem
dari rasa takut adalah takut yang parhologis, yang disebut fobia-fobia adalah
perasaan takut terhadap hal-hal tertentu yang demikian kuatnya, meskipun tidak
ada alasan yang nyata, misalnya takut terhadap tempat yang sempit dan tertutup
(claustio phobia), takut terhadap ketingggian atau takut berada di
tempat-tempat yang tinggi (acrophobia), takut terhadap kerumunan orang atau
tempat-tempat yang ramai (achiophobia). Rasa taku lain yang merupakan kelainan
kejiwaan adlah kecemasan (anxiety) yaitu rasa takut yang tidak jelas sasarannya
dan juga tidak jelas alasannya. Kecemasan yang terus menerus biasanya terdapat
pada penderita-penderita psikoneurosis.
2.
Khawatir
Khawatir atau was-was adalah rasa takut yang tidak mempunyai objek
yang jelas atau tidak ada objjeknya sama sekali. Kekhawatiran menyebabkan rasa
tidak senang, gelisah, tegang, tidak tenang, tidak aman. Kekhawatiran seseorang
untuk melanggar norma masyarakat adalah suatu bentuk kekhawatiran yang umum
pada tiap-tiap orang, kekhawatiran ini justru positif karena seseolah jadi
selalu bersikap hati-hati dan berusaha menyesuaikan diri dengan norma
masyarakat.
3.
Cemburu
Kecemburuan adalah bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari
oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan
kehilangan kasih sayang dari seseorang yang mempunyai perasaan cemburu, selalu mempunyai sikap
benci terhadap pesaingnya.
4.
Gembira
Gembira adalah ekspresi dari kalangan, yaitu perasaan terbebas dari
ketegangan. Biasanya kegembiraan itu disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
sosial, yaitu melibatkan orang lain disekitar orang yang gembira tersebut.
5.
Marah
Sumber utama dari kemarahan adalah hal-hal yang mengganggu
aktivitas untuk mencapai tujuannya. Dengan demikian ketegagan yang terjadi
dalam aktivitas tersebut tidak mereda, bahkan bertambah. Untuk menyalurkan
ketegangan-ketegangan itu individu yang bersangkutan menjadi marah, karena
tujuannya tidak tercapai.
2.4 Emosi dalam Perespektif Ilmuan Islam
Banyak tokoh ilmuan islam yang memperbincangkan masalah emosi.
Umumnya mereka membahas dalam bentuk derivatifnya. Al Ghazali adalah salah satu
tokoh yang sering membincangkan masalah ini. Seperti teorinya tentang nafs muthmainnah, lawwamah, dan nafs
ammarah. Emosi yakni suatu reaksi kompleks yang mengait satu tingkat tinggi
kegiatan dan perubahan-perubahan secara mendalam serta dibarengi dengan
perasaan (feeling) yanh kuat atau disertai dengan keadaan efektif. Perasaan
merupakan pengalaman disadari yang diaktifkan baik oleh perangsang eksternal
maupun oleh bermacam-macam keadaan jasmaniah. Emosi kadang-kadang dibangkitkan
oleh motivasi, sehingga antara emosi dan motivasi terjadi hubungan interaktif.
Daya emosi kalbu ada yang positif dan ada pula yang negative. Emosi negative misalnya
cinta, senang, riang, percaya, tulus, dan sebagainya. Sedangkan emosi negative
seperti benci, sedih, ingkar, marah dan sebagainya.
Daya-daya emosi kalbu dapat teraktualisasi melalui rasa
intelektual, rasa inderawi, rasa etika, rasa estetika, rasa sosial, rasa
ekonomi, rasa religious, dan rasa yang lain. Panca indra (al khiss al khamis)
mampu encapai hal-hal indrawi, tetapi belum merasakan keindahan-keburukan
kecintaan-kemuakan.
2.5 Marah
Suatu keadaan psikologis yang menyimpangkan watak seseorang dari jala
yang alami adalah marah. Ketika mengontrol dan mengepung manusia, marah
mengambil bentuk sombong dan menyingkirkan hambatan untuk mencegahnya memasuki
wilayah kemauan, lalu ia merangsang yang bersangkutan untuk merugikan lawannya
tanpa mempertimbangkan. Tirai kemarahan membutakan pikiran dan dapat mengubah
manusia menjadi hewan yang tidak menyadari realitas. Ini memungkinkan dia
melakukan kejahatan yang membawa akibat-akibat yang langgeng dalam
kehidupannya. Apabila ia menyadari kesalahannya, biasanya itu setelah ia
menghadapi akibat-akibat yang tidak diharapkan dan terjerumus ke dalam lubang
kesengsaraan.
Perangai buruk ini hanya menimbulkam kesengsaraan, karena puncaknya
tidak akan menurun sebelum tersalurkan dan mengubah perbuatan-perbuatan hina
yang bersangkutan menjadi korban kemarahan, sehingga menyebabkan
terlepasnyakendali penilaian akal dan hilangnya kesadaran. Ketika hasil
penilaian akan muncul pada orang pemarah itu, gelombang-gelombang kesdihan dan
penyesalan yang parah tampil di hatinya.
Hendaklah dimengerti bahwa marah sebetulnya diperlukan bila dalam
proporsinya yang benar. Dalam proporsi itu marah merupakan suatu unsur kekuatan
dan keberanian. Jenis kemarahan yang memungkinkan manusia melawan penindasan
dan membela hak-haknya adalah suatu sifat yang manusiawi.
Membalas dendam, yang sering berhubungan dengan mengisi kehidupan
dengan kesuraman. Apabila kita berniat membalas kejahatan dengan kejahatan
dalam segala hal dan membalas dendam pada musuh dengan mengucapkan kata-kata
menghina yang tak semestinya, kita akan menghabiskan bagian terbesar kehidupan
kita dakam perbantahan dan pertentangan. Imam Ja’far Shadiq berkata: “Kemarahan
adalah pemusnah hati orang bijak, orang yang tak dapat menguasai marahnya, tak
akan dapat menguasai pikirannya”
Kajian ilmiah mengenai efek psikologis dari kecemasan mengungkapkan
perubahan-perubahan pada seluruh anggota tubuh, jantung, nadi, perut, otak,
kelenjar-kelenjar internal, semuanya berubah dari fungsinya yang normal krtika
seseorang marah. Adrenalin memainkam peranan sebagai bahan bakar di saat marah
ketimbanh hormone lainnya. Iamam Ali ra megatakan: “Hindarilah kemarahan,
karena permulaannya memalukan dan akhirnya menyedihkan.”
2.6 Sabar
Secara harfiah, sabar berarti tabah hati. Menurut Zun al-Nun al-Mishry,
sabar artinya menjauhkan diri dari hal-hal yang bertentangan dengan kehendak
Allah, tetapi tenang ketika mendapatkan cobaan, dan menampakkan sikap cukup
walaupun sebenarnya berada dalam kefakiran dalam bidang ekonomi. Selanjutnya
Ibn Atha mengatakan sabar artinya tetap tabah dalam menghadapi cobaan dengan
sikap yang baik. Dan pendapat lain mengatakan sabar berarti
menghilangkan rasa mendapatkan cobaan tanpa menunjukkan rasa kesal. Ibn Usman
al-Hairi mengatakan sabar adalah orang yang mampu memasung dirinya atas segala
sesuatu yang kurang menyenangkan.
Allah menyuruh orang islam agar menjadikan sabar dan solat untuk
menolongnya. Sabar dapat menjadi obat terhadap gangguan kejiwaan, sabar juga
dapat mencegah agar tidak terserang oleh gangguan kejiwaan dan sabar pula dapat
meningkatkan kesehatan mental.
Fiman Allah pada Surat Al-Baqarah(2):153: “Hai orang-orang
beriman, jadikanlah salat dan sabar sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah
bersama orang-orang yang sabar.”
Ajaran islam banyak memberikan petunjuk dan pedoman psikoterapi
bagi yang memahami, mengamalkan dan memanfaatkannya untuk meraih kesehatan
mental.
Sabar adalah sebuah upaya untuk memperbaiki kesehatan mental
seseorang. Kesehatan mental menurut Islam tidak lain adalah ibadah dalam
pengertian yang luas atau penumbuhkembangan sifat-sifat Allah yang ada pada
manusia yang merupakan potensi-potensi dirinya karena telah dikaruniakan Allah
kepadaanya dalam rangka mengabdi kepada-Nya yang diikuti dengan rasa amanah,
tanggung jawab, ketaatan dan kesetiaan. Bahkan lebih jauh lagi dikatakan, bahwa
kesehatan mental dalam islam adalah bentuk lain dari pengabdian kepada Allah
untuk mendapatkan ketenangan dan kesempurnaan dalam hidup.
2.7 Dzikir
Secara umum dzikrullah adalah perbuatan mengingat Allah dan
keagungannya dalam bentuk yang meliputi hampir semua ibadah, perbuatan baik,
berdoa, membaca Al Quran, mematuhi orang tua, menolong teman yang dalam
kesusahan dan menghindarkan diri dari kejahatan dan perbuatan dzalim.
QS: Al-Ahzab 41, Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, sebutlah nama
Allah (bedzikirlah) dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.”
QS: Al-Ra’d 28 Allah berfirman:‘’Yaitu
orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat
Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allahlah hati menjadi tenteram.’’
Kebiasaan seorang muslim dalam mengingat Allah seperti membaca
takbir, tahmid, tasbih, tahlil, dan istighfar dapat menjadi obat penawar bagi
segala jenis penyakit mental, menenangkan dan menenteramkan pikiran yang kacau,
sehingga menjadi sehat dan selaras antara diri dengan alam sekitarnya. Apabila
seorang muslim membiasakan diri mengingat Allah, maka individu itu merasakan
bahwa ia dekat dengan Allah dan berada dalam perlindungan dan penjagaan-Nya.
Dengan demikian, akan timbul dalam dirinya perasaan percaya pada diri sendiri,
teguh, tenang, tenteram dan bahagia. Dzikir kepada Allah bisa menjadi energi
hati, motivasi hati
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Marah
merupakan salah satu bentuk emosi negative. Namun hendaklah dimengerti bahwa marah sebetulnya diperlukan bila dalam
proporsinya yang benar. Dalam proporsi itu marah merupakan suatu unsur kekuatan
dan keberanian. Jenis kemarahan yang memungkinkan manusia melawan penindasan
dan membela hak-haknya adalah suatu sifat yang manusiawi. Namun kemarahan yang
terlalu besar meluap akan menyebabkan kesengsaraan, penyesalan dan kebencian.
Kemarahan ini harus diatasi agar tidak menjadi sumber masalah atau mengganggu
kejiwaan seseorang.
Sabar dan dzikir dalam
psikologi islam dapat menjadi cara untuk meredam kemarahan tersebut. Dengan
bersabar yang diikuti dengan rasa amanah, tanggung jawab, ketaatan dan
kesetiaan. Bahkan lebih jauh lagi dikatakan, bahwa kesehatan mental dalam islam
adalah bentuk lain dari pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ketenangan
dan kesempurnaan dalam hidup. Dan apabila seorang muslim membiasakan diri
mengingat Allah, maka individu itu merasakan bahwa ia dekat dengan Allah dan
berada dalam perlindungan dan penjagaan-Nya. Dengan demikian, akan timbul dalam
dirinya perasaan percaya pada diri sendiri, teguh, tenang, tenteram dan
bahagia. Dzikir kepada Allah bisa menjadi energi hati, motivasi hati.
DAFTAR PUSTAKA
King, Laura A. 2010. Psikologi Umum
Sebuah Pandangan Apresiatif. Diterjemahkan oleh : Brian Marwensdy, S.Psi.
Jakarta. Salemba Humanika
Daradjat, Zakiah. (2002). Psikoterapi
Islami. Jakarta: PT Bulan Bintang
Mujib, A.
(2007). Kepribadian Dalam Psikologi Islam.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Nety, Hartati.dkk.2003.Islam dan Psikologi.Jakarta:UIN
Jakarta Press
Alamat Blog : http://srisuryanikusumawati.blogspot.co.id/